Wednesday, May 9, 2012

KETAHANAN TANAMAN

          
       Tanaman dikatakan tahan pabila mampu menolak atau menghindar, kemudian sembuh kembali, dan toleran terhadap serangan abiotik maupun biotik yang tidak dimiliki tanaman lain yang sejenis dan pada tingkat serangan yang sama. Ketahanan dapat dikendalikan gen tunggal maupun banyak gen. Ketahanan vertikal merupakan jenis ketahanan yang dikendalikan 1 gen, dengan sifat mudah terpatahkan, sedangkan ketahanan horisontal merupaka sifat ketahanan yang dikendalikan oleh banyak gen. Mekanisme ketahanan pada tanaman dapat berupa :
  1. Antizenosis : membuat diri tanaman tidak menarik bagi hama pengganggu
  2. Antibiosis : tanaman mengandung senyawa racun tertentu yang apabila dikonsumsi serangga atau hama     lainnya, menimbulkan gangguan pada konsumen tersebut, baik fisiologis, biokimia dsb.
  3. Toleran : Hasil tanaman (panen) normal, walaupun dalam keadaan terserang.




Faktor yang mempengaruhi tingkat toleransi tanaman adalah :
  1. kekuatan tanaman secara umum
  2. kemampuan tumbuhnya jaringan yang rusak
  3. ketegaran batang dan ketahanan terhadap rebah
  4. produksi cabang tambahan
  5. pemanfaatan bagian tanaman yang terserang dan lainnya secara efisien 
         Pada umumnya senyawa yang berperan dalam ketahanan tanaman adalah Pathogenesis Related Protein (PR-Protein) dan senyawa metabolit sekunder seperti fenol. Senyawa fenol ditandai dengan adanya cincin aromatik dengan 1 atau 2 gugus hidroksil. Dalam keadaan murni berupa zat padat tidak berwarna, namun bila teroksidasi berubah menjadi gelap. Fungsi senyawa ini adalah pelindung dari sengatan UV, infeksi patogen, senyawa aleopati, dsb.Beberapa senyawa tersebut adalah glikosida, tanin, dan saponin.

Glikosida 
  • pengatur turgor dalam sel tanaman
  • merupakan senyawa gabungan gula dan bukan gula yang dijembatani oksigen.
  •  reaksi pertama adalah :
  1. ATP + Gula 1-P =====> UDP - gula + PPi 
  2. UDP - gula + Aseptor (aglikon) =====> Aseptor - gula (glikosida) + UDP
Tanin 
fungsinya adalah :
  • pada buah belum matang berfungsi sebagai energi dalam metabolismenya
  • pengendap protein dan pengkhelat logam
  • senyawa pelindung bagian dalam dan luar jaringan tanaman
Tanin terbagi menjadi tanin terhidrolisis dan terkondensasi. Tanin terhidrolisis biasanya terdapat pada tanaman berkeping dua (dikotil). Tanin terkondensasi biasanya menghasilkan asam klorida. Sifat senyawa tanin, apabila dilarutkan dengan air membentuk koloid dengan rasa asam dan sepat, apabila dicampur alkalodi dan garam membentuk endapan.

cara identifikasi keberadaan senyawa tanin secara kualitatif adalah
  1. diberikan larutan FeCl3, sehingga berwarna biru tua atau hitam kehijauan
  2. ditambahkan Kalium ferrisianida dan amoniak, menjadi warna cokelat
  3. diendapkan dengan garam, NaCl, sehingga timbul endapan berwarna cokelat.


Saponin

Saponin mengandung gugus gula yang berikatan dengan aglikon hidrofobik. Sifat dari adanya saponin adalah adanya rasa pahit, berbusa daam air, mempunyai sifat detergen yang baik, dan hemolisis. Mnenurut Robinson (1991), senyawa saponin dan glikosida tidak larut dalam larutan non-polar, sehingga paling cocok diekstrak (dari tumbuhan) dengan etanol atau metanol panas 70-75%, kemudian lipid dan pigmen disingkirkan dengan benzena. Tumbuhan rerak sering digunakan sebagai detergen baik, karena mengandung 12 % saponin (Yanti, 2009)